Nama : Herdyana eka yustanti
Kls :1EB19
NPM :23212421
Benahi Industri Hilir Produk Kelapa Sawit Untuk Menunjang Perekonomian Indonesia
PENDAHULUAN
Indonesia adalah produsen minyak sawit terbesar dunia. Produksinya sekitar setengah dari produksi dunia, Tersedianya lahan yang berlimpah untuk menanam (kelapa sawit) dan biaya buruh yang rendah memberikan biaya yang kompetitif bagi Indonesia. Akhirnya Indonesia bisa menggeser Malaysia sebagai produsen dominan di (komoditias) minyak sawit,Kemajuan pesat Indonesia sangat tidak di ingginkan oleh negara malaysia. Oleh sebab itu Indonesia harus benar-benar gigih dalam pembangunan perekonomian di negaranya sendiri,salah satunya dengan meningkatkan mutu dan kwalitas produk yang di buat,atau disini kita ambil contoh perkebunan kelapa sawit.
Oleh karena hal di atas,saya mengambil judul ”Benahi Industri Hilir Produk Kelapa Sawit Untuk Menunjang Perekonomian Indonesia” dalam pembuatan tulisan saya.
Isi
Hutan di Indonesia memiliki nilai ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya bagi negara dan masyarakat setempat khususnya namun Sampai saat ini, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah kelapa sawit tanpa mengolahnya terlebih dahulu, sehingga tidak ada memperoleh nilai tambah, Pemerintah berencana mendorong industri hilir kelapa sawit.
Dengan produksi 18 juta ton itu, Indonesia merupakan penyumbang terbesar kebutuhan CPO dengan persentase 50,2 persen dari total produksi sawit dunia dengan penyumbang devisa bagi negara sebesar 13,79 miliar dolar AS.
pada beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengurangi volume ekspor CPO secara bertahap seperti pada tahun 2015 volume yang diekspor hanya sekitar 50% dari total produksi dan pada 2020 menjadi 30% dan sebagaian besar CPO itu dikembangkan menjadi industri hilir.
Oleh Karena itu pemerintah mencanangkan pengembangan kluster industri berbasis pertanian dan oleochemical di Kuala Enok dan Dumai di Kawasan Industri Dumai (KID), Pelintung, Dumai, Riau.
pencanangan kluster kelapa sawit yang dilakukan pemerintah akan mengundang investor untuk mengembangkan industri hilir berbasis sumber daya alam.
"Industri hilir kelapa sawit di Kuala Enok dan Dumai bukan saja penting bagi Riau tetapi juga tatanan perekonomian nasional karena mampu mengundang investor dengan sendirinya,"
Indonesia sebagai salah satu negara yang mengandalkan kekayaan yang berbasis pada sumber dayaalam.
industry hilir memang harus di benahi dengan baik,Selama ini pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional memiliki sejumlah masalah yang harus dihadapi mulai dari bahan baku, transportasi, kebijakan pemerintah setempat, sumber daya manusia, dan jasa perbankan.Jika berbagai peranan itu tidak seimbang, yang satu lebih ditekankan dari pada yang lainnya, maka keberlanjutan hutan akan semakin terancam, Dalam buku Agenda 21 Indonesia disebutkan bahwa salah satu faktor yang menekan kerusakan hutan Indonesia adalah dengan dibukanya perkebunan kelapa sawit dan pencemaran yang diakibatkan oleh pabrik kelapa sawit. Kita tidak perlu menyalahkan Malaysia yang terus melakukan ekspansi perkebunan sawit di Indonesia. Yang salah adalah negeri kita sendiri karena tak bisa mengelolanya dengan baik. Indonesia harus menata ulang penguasaan sektor ekonomi. Penguasaan oleh pihak asing justru banyak merugikan para petani kecil, perkebunan rakyat, juga negara. BUMN yang seharusnya menghasilkan pendapatan negara serta memperbesar APBN, malah menjadi pengawal kepentingan perusahaan asing. Budaya yang terbentuk pada BUMN bukan budaya korporasi profesional, tapi budaya feodal dan birokrat. Akibatnya adalah BUMN tidak produktif, malah menjadi beban APBN dan merugikan negara
Dengan produksi 18 juta ton itu, Indonesia merupakan penyumbang terbesar kebutuhan CPO dengan persentase 50,2 persen dari total produksi sawit dunia dengan penyumbang devisa bagi negara sebesar 13,79 miliar dolar AS.
pada beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengurangi volume ekspor CPO secara bertahap seperti pada tahun 2015 volume yang diekspor hanya sekitar 50% dari total produksi dan pada 2020 menjadi 30% dan sebagaian besar CPO itu dikembangkan menjadi industri hilir.
Oleh Karena itu pemerintah mencanangkan pengembangan kluster industri berbasis pertanian dan oleochemical di Kuala Enok dan Dumai di Kawasan Industri Dumai (KID), Pelintung, Dumai, Riau.
pencanangan kluster kelapa sawit yang dilakukan pemerintah akan mengundang investor untuk mengembangkan industri hilir berbasis sumber daya alam.
"Industri hilir kelapa sawit di Kuala Enok dan Dumai bukan saja penting bagi Riau tetapi juga tatanan perekonomian nasional karena mampu mengundang investor dengan sendirinya,"
Indonesia sebagai salah satu negara yang mengandalkan kekayaan yang berbasis pada sumber dayaalam.
industry hilir memang harus di benahi dengan baik,Selama ini pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional memiliki sejumlah masalah yang harus dihadapi mulai dari bahan baku, transportasi, kebijakan pemerintah setempat, sumber daya manusia, dan jasa perbankan.Jika berbagai peranan itu tidak seimbang, yang satu lebih ditekankan dari pada yang lainnya, maka keberlanjutan hutan akan semakin terancam, Dalam buku Agenda 21 Indonesia disebutkan bahwa salah satu faktor yang menekan kerusakan hutan Indonesia adalah dengan dibukanya perkebunan kelapa sawit dan pencemaran yang diakibatkan oleh pabrik kelapa sawit. Kita tidak perlu menyalahkan Malaysia yang terus melakukan ekspansi perkebunan sawit di Indonesia. Yang salah adalah negeri kita sendiri karena tak bisa mengelolanya dengan baik. Indonesia harus menata ulang penguasaan sektor ekonomi. Penguasaan oleh pihak asing justru banyak merugikan para petani kecil, perkebunan rakyat, juga negara. BUMN yang seharusnya menghasilkan pendapatan negara serta memperbesar APBN, malah menjadi pengawal kepentingan perusahaan asing. Budaya yang terbentuk pada BUMN bukan budaya korporasi profesional, tapi budaya feodal dan birokrat. Akibatnya adalah BUMN tidak produktif, malah menjadi beban APBN dan merugikan negara
ditengah mulai membaiknya kondisi perekonomian bangsa akibat dampak krisis global, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi para pemangku kepentingan untuk membenahi industri hilir produk kelapa sawit.
Kesempatan ini baik digunakan untuk memperbesar industri hilir sawit yang mampu betul-betul memberikan multiplier efek maupun penambahan pendapatan bagi masyarakat juga negara, mengembangkan industri hilir sawit dapat meningkatkan nilai tawar produk sawit dan turunannya asal Indonesia, sehingga tidak lagi mengekspor dalam bentuk sawit mentah. Jadi, ini juga sangat memerlukan political will dari pemerintah untuk mewujudkannya dalam lima sampai 15 tahun kedepan. Ini perlu kemauan untuk melakukan diskusi antar pemangku kepentingan, semacam reposisi politik.keinginan pemerintah Malaysia untuk menjadikan produksi getah karet di negaranya menjadi negara pemain sarung tangan terbesar di dunia, dengan political will yang kuat, maka Malaysia kini berhasil mewujudkannya. Dengan demikian, Indonesia akan mampu menjadi penentu harga sawit di dunia atau menjadi harga patokan dunia. Karena menurut perhitungan Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia menyumbang 45 persen produksi sawit dunia. Indonesia selaku produsen CPO terbesar harus berani berubah menjadi penentu harga di pasar dunia. Sementara itu, Deputi III Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Masnellyarti Hilman menegaskan, perlunya produsen sawit menerapkan standarisasi lingkungan dalam pengembangan kebun sawit. Jika sawit dikembangkan dengan mengikuti standarisasi lingkungan, ada jaminan industri sawit akan berkelanjutan pada masa depan. Sehingga tidak akan ada lagi penolakan dari konsumen di berbagai negara importer. Menurutnya, ada tiga hal penting yang mendukung pertumbuhan industri sawit berkelanjutan di tanah air yaitu aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Berikut adalah gambaran perkebunan kelapa sawit yang terdapat di negara indonesi:
|
PENUTUP
Hutan di Indonesia memiliki nilai ekonomi, sosial, lingkungan dan budaya bagi negara dan masyarakat setempat khususnya. Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia. Produksinya sekitar setengah dari produksi dunia, Tersedianya lahan yang berlimpah untuk menanam (kelapa sawit) dan biaya buruh yang rendah memberikan biaya yang kompetitif bagi Indonesia. Dengan produksi 18 juta ton itu, Indonesia merupakan penyumbang terbesar kebutuhan CPO dengan persentase 50,2 persen dari total produksi sawit dunia dengan penyumbang devisa bagi negara sebesar 13,79 miliar dolar AS. Jika sawit dikembangkan dengan mengikuti standarisasi lingkungan, ada jaminan industri sawit akan berkelanjutan pada masa depan. Sehingga tidak akan ada lagi penolakan dari konsumen di berbagai negara importer.
DAFTAR PUSTAKA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar