TUGAS 1
ETIKA
SEBAGAI TINJAUAN
Nama : Herdyana Eka Yustanti
Kelas : 4EB23
Npm : 23212421
1. PENGERTIAN
ETIKA
Etika
berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan
atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau
kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang
telah dilakukan. Sedangkan pengertian etiket adalah suatu sikap seperti sopan
santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab
dalam pergaulan. Banyak masyarakat yang berpendapat, orang yang beretiket belum
tentu memiliki etika karena etiket dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar
kita. Contohnya, pejabat daerah yang memberikan sumbangan kepada anak yatim dan
janda-janda hanya karena ingin memiliki pencitraan yang baik di lingkungannya.
Dalam perkembangannya,
masyarakat banyak yang berpendapat makna atau pengertian etika dan moral adalah
sama. Namun ada hal-hal yang perlu diperhatikan adanya suatu nuansa dalam
konsep dan pengertian moral dan etika di mana moralitas biasanya dikaitkan
dengan sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai
manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah,
nasihat, wejangan, serta peraturan yang diwariskan secara turun-temurun melalui
agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia dapat hidup secara
baik.
Berbeda dengan moralitas, etika
perlu dipahami sebagai sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan
norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya. Nilai adalah
sesuatu yang berguna bagi seseorang atau kelompok orang dan karena itu orang
atau kelompok itu selalu berusaha untuk mencapainya karena pencapaiannya sangat
memberi makna kepada diri serta seluruh hidupnya. Sedangkan pengertian norma
adalah aturan atau kaidah dan perilaku dan tindakan manusia.
Sebagai cabang filsafat, etika
sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat nilai dan norma moral
tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai
dan norma-norma yang ada. Etika dapat kita dijadikan sebagai sebuah refleksi
kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujudnya dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi
maupun sebagai kelompok.
Etika dalam perkembangannya
sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi
bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu kita sebagai manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu
kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Dengan demikian, maka dapat
dikatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Yang memberi
kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah moralitas. Sedangkan etika
justru melakukan refleksi kritis atau norma atau ajaran moral tertentu. Atau
dapat juga dikatakan bahwa moralitas adalah petunjuk konkret yang siap pakai
tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan etika adalah perwujudan secara
kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu. Keduanya mempunyai fungsi
yang sama, yaitu memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus
melangkah dalam hidup ini.
2.
PRINSIP-PRINSIP
ETIKA
Prinsip- prinsip perilaku
professional tidak secara khusus dirumuskan oleh ikatan akuntan Indonesia tapi
dianggap menjiwai kode perilaku akuntan Indonesia. Adapun prinsip- prisip etika
yang merupakan landasan perilaku etika professional, menurut Arens dan Lobbecke
(1996 : 81) adalah :
a. Tanggung
jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai professional dan pertimbangan moral dalam semua aktifitas mereka.
b. Kepentingan
Masyarakat
Akuntan harus menerima
kewajiban-kewajiban melakukan tindakan yang mendahulukan kepentingan
masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat dan menunjukkan komitmen pada
professional.
c. Integritas
Untuk mempertahankan dan menperluas
kepercayaan masyarakat, akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab
professional dan integritas.
d. Objektivitas
dan indepedensi
Akuntan harus mempertahankan
objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab
profesioanal. Akuntan yang berpraktek sebagai akuntan public harusbersikap
independen dalam kenyataan dan penampilan padawaktu melaksanakan audit dan jasa
astestasi lainnya.
e. Keseksamaan
Akuntan harus mematuhi standar
teknis dan etika profesi, berusaha keras untuk terus meningkatkan kompetensi
dan mutu jasa, dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan
terbaik.
f. Lingkup
dan sifat jasa
Dalam menjalankan praktek sebagai
akuntan public, akuntan harus mematuhi prinsip- prinsip prilaku professional
dalam menentukan liingkup dan sifat jasa yang diberikan.
3.
BASIS
TEORI ETIKA
a)
Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan
dengan egoisme. Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan
berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang bolah saja yakin
ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua
tindakan yang terkesan luhur dan/ atau tindakan yang suka berkorban tersebut
hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada
dirinya sendiri. Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya
bersifat altruisme, yaitusuatu tindakan yang peduli pada orang lain atau
mengutamakan kepentingan orang laindengan mengorbankan kepentingan dirinya.
Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri
sendiri (self-interest).
b)
Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika
membawa manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat (the greatest
happiness of the greatest number). Paham utilitarianisme sebagai berikut: (1)
Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau
tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak, (2) dalam
mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah
jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan, (3) kesejahteraan setiap orang
sama pentingnya. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis
terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari
sudutpandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari
sudut pandang kepentingan orang banyak (kepentingan orang banyak).
c)
Deontologi
Paradigma teori deontologi saham berbeda dengan paham
egoisme dan utilitarianisme, yang keduanya sama-sama menilai baik buruknya
suatu tindakan memberikan manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk
banyak orang/kelompokmasyarakat (utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan
etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian
besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori
yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari
tindakan tersebut disebut teori teleologi.
d)
Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan
atau tindakan tersebut sesuai dengan HAM. Menurut Bentens (200), teori hak
merupakan suatu aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat
dipisahkan dengankewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang,
maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori
hak sebenarnya didsarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua
manusia mempunyai martabat yang sama.
4.
EGOISME
Egoisme berasal dari Yunani yakni
ego, masih digunakan dalam bahasa Yunani modern yang berarti diri atau saya,
dan kata isme, digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya. Egoisme
adalah cara untuk meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya
sendiri, umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi . Egoisme
ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada
umumnya dan hanya memikirkan diri sendiri.
Contoh Kasus
Etika Sebagai Tinjauan
Jalani Hukuman Dari Guru. Benturkan Kepala
ke Meja 800 Kali, Siswa SMA Koma.
Senin, 21 September 2015-22:14 WIB.
Senin, 21 September 2015-22:14 WIB.
Melson Aleut
(17) siswa SMA Negeri 2 Kefamemanu, Timor Tengah Utara, (TTU), Nusa Tenggara
Timur (NTT) koma usai menjalani hukuman dari gurunya di sekolah Sabtu pekan
lalu. (Sindonews).
KEFAMENANU -
Melson Aleut (17) siswa SMA Negeri 2 Kefamemanu, Timor Tengah Utara, (TTU),
Nusa Tenggara Timur (NTT) koma usai menjalani hukuman dari gurunya di sekolah
Sabtu pekan lalu.
Hukuman itu diterimanya bersama 23
rekan siswa kelas III IPS lainnya dengan cara membenturkan kepala di meja
berkali-kali hanya karena tidak menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa
Jerman.
“Iya betul
karena saya takut pukul sehingga saya beri hukuman seperti itu. Tapi sebenarnya
mereka yang memilih jenis hukuman ketuk (benturkan) kepala di meja. Saya juga
tidak tahu kalau dia sakit di kepala,” ungkap Yakobus Nahak, Guru SMA 2 saat
menjenguk siswa di RSUD Kefamemanu, Seni (21/9/2015).
Akibat kejadian
itu, pihak keluarga tidak terima dengan hukuman yang diberikan oleh guru
tersebut. Lexi Tule orangtua Melson menilai hukuman seperti itu sangat berat
sebab anaknya memiliki riwayat sakit di kepala sehingga tidak boleh terkena
benturan keras.
“Sebelumnya
kita dapat informasi dari sesama teman sekolahnya kalau dua pekan sebelumnya
pada mata pelajaran yang sama mereka disuruh ketuk kepala (benturkan) di meja
80 kali, Sabtu kemarin juga hukuman yang sama tapi naik menjadi 800 kali,”
ungkap Lexi Tule, dengan nada kesal.
Pihak keluarga berencana membawa kasus
ini ke polisi agar guru yang bersangkutan bisa dimintai keterangan terkait
perbuatannya sehingga kasus yang sama tidak terjadi lagi pada siswa lainnya.
Refrensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar